Cari Blog Ini

Senin, 09 Desember 2013

Gossip



Saat kuberada di salah satu ruang perpustakaan, tanpa sengaja aku mendengarkan percakapan dua orang petugas yang sudah “berusia.” Saat itu aku sedang membaca Koran. Mereka membicarakan perempuan yang  menurut mereka cantik. Aku sih tersenyum saja mendengarnya. Walau di sebelahku ada seorang teman, namun dia tidak mengerti karena dua orang petugas tersebut ngobrol dalam bahasa Dayak.
“Cantik eh, ibu yang itu, baputi uluy e” ujar si A membuka obrolan.
“iyoh..bagawi si rumah sakit lagi. Balau e panjang, bahalap biar jadi berumur kate” timpal Si B menyetujui pendapat Si A terkait perempuan yang mereka bicarakan. Bla..bla..bla…
Diam-diam aku berpikir, apa hubungannya kerja di rumah sakit dengan rambut panjang. Ada-ada saja  obrolan kedua petugas ini pikirku.

Gossip….
 Ternyata bukan hanya kaum hawa saja yang selalu identik dengan gossip. Kaum bergagang juga menyukai yang namanya gossip, seperti yang aku dengar sendiri di perpustakaan waktu itu. Bedanya, pergosipan kaum bergagang tidak lepas dari topik si Rini, si Tuti, si Inah. Artinya hal yang mereka gosipkan tidak lepas dari perempuan, sebagai objek obrolan.
Gossip…Tidak akan hadir jika hanya ada satu orang. Minimal dua orang, barulah gossip terasa lebih berasa. Tiga atau lebih kelihatannya akan lebih beresiko, bisa saja si C ngopor-ngomporin pembicaraan, si D menyampaikan pada orang yang digosipkan. Kalo udah begitu wahh..gawat urusannya, bisa-bisa ada sandal melayang.
Namun fenomena gossip sendiri bukan hanya digemari kaum rakjel (rakyat jelata) saja, kaum pejabat, entertainer, bussines man pun sangat menyenangi yang namanya gossip. Mikir dosa ?? itu sih urusannya belakangan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar