Cari Blog Ini

Minggu, 23 Februari 2014

Menikah



Aku sering mengumbar canda dengan teman-temanku, bahwa aku ingin menikah pada usia 23 tahun. hahaa usia yang masih sangat muda dan produktif. Sebenarnya hal tersebut adalah omongan iseng, namun jika benar-benar terjadi ya apa boleh buat heheee.

Menikah merupakan impian setiap pasangan yang sedang menjalin hubungan serius. Hmmm namun menikah bukanlah perkara yang mudah. Bukan hanya sepasang laki-laki dan perempuan yang dipertemukan, namun keluarga besar masing-masing pihak. Menjalaninya pun tidak semudah membalikkan telapak tangan, pasang surut kehidupan jika tidak sanggup maka bukan tidak mungkin pernikahan yang bahkan memasuki usia emas pun kandas.

Aku sering bertanya-tanya dalam angan-angan, bagaimana jika aku sudah berkeluarga nanti? Seperti apa pasangan hidupku kelak?, seperti apa anak-anakku kelak? Sungguh angan-angan yang konyol. Hal itu merupakan rahasia Yang Maha Kuasa.

Banyaknya contoh keluarga yang kandas membuat aku berpikir tujuh keliling untuk terlalu cepat menikah dan memilih seseorang untuk pendamping hidupku kelak.

Palangka Raya, 2 Juni 2013


Berat

Saat aku terakhir meninggalkan kos, ada perasaan sedih seketika menghinggapi setangkup hati kecilku. Di sudut ruang, kenangan manisku terukir bersama orang terkasih yang sudah tidak menginginkanku lagi. Kupandangi sebuah foto tak berbingkai yang menjadi saksi aku pernah bersamanya. Perasaan lain mengatakan aku harus memusnahkan itu semua. Kugunting menjadi bagian kecil yang tidak berbentuk lagi. Harapanku seiring musnahnya kenangan terakhir yang kusimpan, perasaan di hatiku dapat hilang tanpa bekas. 

Saat kupandangi sudut ruangan itu, perasaan sedihku semakin menjadi-jadi. Membentuk bulir-bulir bening yang mengalir di sudut mataku. Ya Tuhan… kapan aku benar-benar sembuh dari perasaan terluka ini. Bahkan ketika aku sudah dikenalkan pada sosok baru dalam hidupku, dia tetap menghantuiku. Aku sadar dan bahkan sangat sadar aku tidak akan berharap kembali. Namun perasaan sedih dan terluka itu selalu menyakiti pikiranku. 



I'm Happy



 moved from my ane blog account, rusni.mywapblog.com

Lumayan banyak hal yang ingin kuceritakan untuk hari ini. Hal pertama, aku mendonorkan darahku, dalam rangka bakti social PMI. Awalnya aku dan mbak Fitri ingin menanyakan absen ke prodi. Di depan prodi ada mobil PMI terparkir dan beberapa petugas medis yang berjaga di sana. Mbak Fit mengusulkan untuk mengikuti kegiatan PMI tersebut. Aku sih setuju-setuju saja.

Hal pertama yang dilakukan adalah mengisi kolom nama partisipasi, kedua menimbang berat badan. Idealnya 55 kg. mbak Fit 45 kg, aku pas 55 kg. Setelah melewati tahap awal, aku diperiksa golongan darah. Setelah diuji kelayakannya, aku pun disuruh untuk masuk ke dalam mobil PMI. Kupikir aku akan diperiksa lagi, maksudku aku tidak melakukannya hari itu, tetapi mungkin besok, menunggu diriku siap. Dugaanku meleset, aku disuruh berbaring di kursi khusus. Seorang ibu, petugas medis memeriksa tekanan darahku. Lagi-lagi oke, tak ada masalah. Normal. Aku seorang pendonor yang sehat.
Dibagian lipatan lengan tangan kananku dioles alcohol dan anti septic. Setelah semua hal beres, si ibu mengeluarakan jarum yang runcing, besar, dan tajam. Kengerian membayangi pikiranku. Aku merasa takut, sikap  seorang pengecut. Dengan santai si ibu menusukkan jarum tersebut ke dalam kulitku, tanpa ada parasaan yang seperti aku rasakan.

Sakit..
aku merigis pelan. “Sakit, ya ?” si ibu bertanya padaku. Sungguh menurutku pertanyaan yang konyol bin tolol. Aku jawab hanya dengan sebuah anggukan.
Tak berapa lama berselang, darah pun mengalir melewati selang yang transparan. Badanku rasanya menjadi dingin. Darahku, ohh..tidak!, aku melihat darahku mengalir meninggalkan tubuhku. Yang entah kepada siapa darahku itu akan mengalir lagi, menyelamatkan jiwa-jiwa yang sekarat, tentunya pada saudara-saudara yang membutuhkan.

Pikiranku sedikit risau, aku mencoba rileks dengan bersandar lebih dalam.  Sembari menunggu selesai, aku mencoba ngobrol dengan si ibu,. “Bu, saatku melihat darah-darah dalam kantung-kantung itu, aku jadi teringat dengan film pamvir” kataku. “Bedalah..pamvir,kan menghisap darah lewat leher” jawab si ibu. Duh..ile..maksudku tadi jika si ibu pernah menonton Twilight, aku ingin ngobrol lebih lanjut dengannya. Tapi… ya sudahlah.

Walau hanya 350 mL darah yang aku sumbangkan, aku merasa bangga dengan apa yang telah aku lakukan. Semoga darahku tersebut benar-benar dapat membantu saudara-saudara yang membutuhkannya. Itulah pengalaman pertamaku menjadi seorang donor darah.

Cerita berlanjut…
Sekitar jam dua’an, saat aku tengah asyik bermain game, tiba-tiba cuaca berubah. Langit mendung, angin kencang tiba-tiba datang. Aku segera keluar, mengangkat selimut yang kujemur. Kain tetanggaku berserakan sana-sini di tanah.
Anginnya sunggguh kencang, sampai-sampai atap rumah orang yang bersebelahan dengan kost kami menganga, tebelalak dibuatnya. Keadaan cuaca yang buruk dan mengerikan. Beruntunglah tidak terjadi korban jiwa, hanya korban jemuran yang mungkin bergulat tanah.

Lagi-lagi, aku batal melakukan suatu hal karena tertidur. Sehabis angin kencang menerpa, aku tertidur pulas. Badanku rasanya lelah dan letih. Mungkin efek kehilangan darah 350 mL. Ya, sore ini aku terjadwal kursus jam 6 sore. Seolah-olah aku lupa ingatan saja, aku baru mengingatnya pada jam 8. Huh..sungguh suatu kerugian buatku. Salah satu hal yang tolol. Tapi ya sudahlah, sudah terlanjur. Seperti lagunya Meggy Z, “Terlanjur basah, ya sudah mandi sekali”

Akhir-akhir ini aku benar-benar menjadi seorang penggila game Plants vs Zombie. Pada akhirnya, sore ini aku menamatkan semua level. Hore..!!!!! aku berhasil! Sebuah konser musik persembahan dari Plants untuk para Zombie pun diadakan. Lucu sekali. So funny. Sang vokalis adalah sebuah tanaman Bunga Matahari, Sun Flower. Sedangkan para Zombie ngedance di rerumputan. Pemandangan layar computer yang menggelikan.
PLANTS VS ZOMBIE
There’s a zombie on the lawn…
There’s zombie on the lawn…
We don’t want a zombie on the lawn…
We don’t want a zombie on the lawn...
I know your type : tall, dark, and dead
I know you want brain who plan me here
Zombie : 

Ting..ting..! nada SMSku. Siapa ya pikirku. Setelah kulihat, ternyata dari Tf. Dia mengajakku untuk berteman saja. Ohh….syukur…akhirnya aku tidak perlu repot-repot untuk memikirkan bagaimana cara aku memutuskan dia.. ku jawab, “Ya, aku setuju.” Simple. Aku tidak sedikitpun merasa sakit hati. Aku malahan merasa senang dan lega. Ingin rasanya aku tertawa terbahak-bahak dan berteriak. Aku bahagia….!!!!! Seseorang telah memutuskanku. Oh betapa leganya. Tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Maaf ya, jika aku telah menjadi pasangan yang buruk bagimu. Itu hanya massa lalu.
  
Kesimpulan : 3 hal kebahagiaanku hari ini
ü  Aku menjadi pendonor
ü  Aku berhasil memenamatkan semua level game pavoritku
ü  Aku putus (?)

Palangkaraya, 19 Februari 2013
( 09 : 45 PM )

Rabu, 05 Februari 2014

Menjadi Calon Kakak Part II



Pukul 05.06 pagi aku menelpon orang rumah. Suara renyah terdengar disana. Itu adalah suara adik perempuanku, Ira. Padahal aku ingin mengobrol lebih lama dengan dia. Tapi tu anak buru-buru mau mandi akhirnya aku mengobrol dengan ibuku.
Setelah kami mengobrol cukup lama, beliau berkata dengan nada seperti bercanda.

“mama hamil loh.” 

“ibu hamil, yang benar ah ma”

“iya, sudah jalan dua bulan.”

Aku melongo sebentar. Perasaan bahagia dan terkejut  bercampur jadi satu. Aku akan punya adik lagi pada umur 20 tahun. Dulu ketika Ira lahir, aku masih berusia 9 tahun. usut punya usut, setelah kutanyakan lebih lanjut, mamaku menginginkan anak laki-laki. Sebenarnya dari dulu aku juga menginginkan adik laki-laki, namun karena aku dan adikku sudah ada kupikir kedua orang tuaku sudah tidak berminat lagi menambah anak, dua anak lebih baik sesuai falsafah KB.  Namun hari ini semuanya sudah terjawab. Dan kuharap janin yang dikandung ibuku adalah seorang bayi laki-laki. Namun jika perempuan lagi, tetap akan kusayang. 

Sebagai kakak tertua, hal ini merupakan sebuah tanggung jawab yang cukup besar bagiku. Bagaimana nanti aku akan membagi kasih sayang dengan adik perempuanku dan calon adik yang masih dikandung ibuku. Aku tidak terlalu khawatir jika bayi itu sudah lahir, ada Ira adikku yang akan membantu ibuku, karena aku masih tidak tinggal serumah dengan mereka pada waktu tersebut, masih menuntut ilmu.

Wahai calon adikku..tumbuh sehat dirimu, pabila sudah waktunya lahir, jadilah dirimu anak, adik yang suputra bagi keluargamu. Kakak tertua sayang dan cinta padamu. Kakak keduamu pun pasti demikian, apalagi ayah dan ibu. Kami semua menyayangimu.

Palangkaraya, 5 Februari 2014