Teringat peristiwa ketika dulu
masih tinggal bersama-sama dengan tanteku, Esra. Sebuah pertengakaran kecil
terjadi, namun ujung-ujungnya membuat kami berdua sama-sama tertawa. Begini ceritanya
;
Hari minggu adalah hari yang
wajib bagi kami berdua, aku dan tanteku Esra untuk bersih-bersih kos. Ketika aku
sedang menyikat lantai dapur, dia memintaku untuk membuang setumpuk sampah yang
kami tabung selama hampir sepekan (banyak banget boo..#akibat malas). Aku menolak
melakukannya saat itu, kubilang nanti saja tunggu semua pekerjaanku beres dan
tunggu moodku bagus untuk berurusan dengan sampah-sampah tersebut. Namun penundaanku
tersebut membuat tanteku berang. Dia malah mengungkit-ungkit bahwa dialah yang
paling sering membuang sampah akhir-akhir ini. Omong kosong pikirku, setahuku
akulah yang paling sering berkutat di dapur, dan membuang semua sampah. Pertengakaran
tak bisa dihindari, dia malah semakin menjadi-jadi. Katanya “akan kubawa plastik
sampah ini ke depan kos.” Aku mencegahnya, kubilang “nanti anjing-anjing disini
akan membuka plastik sampah itu dan pasti akan menyeret-nyeret sampah tersebut
kesana-kemari.” Namun tanteku tidak menggubrisnya. Dan apa yang kukhawatirkan
benar adanya. Sampah-sampah tersebut diseret-seret oleh anjing.
Sejenak aku berpikir sambil
menghela napas, menahan marah. “Aku harus bersabar dan mengalah. Semoga semuanya
menjadi baik kembali.” Dengan sedikit menahan dongkol kupungut kembali
sampah-sampah yang sudah kesana-kemari tersebut, membungkusnya lalu kemudian
menaruh di tempat yang aman agar tidak diganggu oleh anjing lagi. Aku pun
kembali ke dapur melanjutkan pekerjaan cuci-mencuci. Setelah semua selesai, aku
ke depan bermaksud membuang sampah yang kupungut tadi. Eh ternyata sudah nggak ada
di tempat, tanda-tanda anjing juga tidak ada, kemana sampah-sampah itu pikirku.
Kulihat tanteku baru saja keluar dari samping rumah ibu kos. Akupun bertanya “Kemana
sampah-sampah disini tadi? Apa tante melihatnya?” “Aku sudah membuangnya.” Kata
tanteku ogah. “Kemana?” “Tuh di samping rumah ibu kos.” “Yaelah..disitukan
bukan untuk membuang sampah.” Kataku. “Biar ja, yang penting udah kubuang.” Timpalnya
dengan senyum dan tertawa. Akupun ikut tertawa. Rasanya pertengakaran kecil
tadi hilang. Jika saja aku tidak berpikir untuk bersabar dan mengalah, mungkin
akan lain ceritanya heheee sekian..
Tante.. aku kangen padamu.
Palangkaraya, 31 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar