Cari Blog Ini

Selasa, 21 Juli 2015

Persiapan Persemaian Benih Cokelat dari Jember

Aktivitas di ladang memang tiada habisnya, sore menyiram sayur karena jarang hujan, mencangkul buat menanam sayur, dan terakhir proyek kerjaan ladangku kemaren adalah mengisi folly bag. Ayahku mendapat pembagian folly bag sejumlah 500 buah untuk menyemai benih cokelat dari Jember.

Bergantian dengan ibu dan adik perempuanku untuk mengisi folly bag dengan tanah. Karena harus ada yang menjaga Rafi, adik paling bungsuku. Selama dua hari pengisian akhirnya selesai. Ayahku sudah menyiapkan bedengan sebagai tempat meletakkan persemaian. Sehingga kami tinggal menyusun agar rapi.

Ada yang menarik ketika aku medengar ayahku meyebutkan kata Jember (lafal seperti mengucap kata “mengapa”). Lalu aku menyelanya, kataku masa menyebutnya kayak gitu. Yang benar itu Jember (lafal mengucap kata “enak”) coba dengar saja orang-orang menyebut tembakau Jember, bahasa Taboyan-nya “Mako Jember” seperti melafal kata enak. Ibuku hanya tertawa mendengar perdebatan kecil itu.
Benih ini datang setelah ada dua orang warga yang melakukan studi banding ke Jawa untuk melihat pengolahan biji cokelat. Semoga saja desa kami menjadi desa perkebunan yang sukses.

Palangka Raya, 20 Juli 2015

Program Disbun Barut (Pembinaan Pengelolaan Perkebunan Cokelat)

Di ladang lagi musim sayur-sayuran. Ada yang sudah berbuah, ada yang baru tumbuh, ada yang baru berbunga. Ternyata bukan hanya ladang kami saja yang banyak sayur-sayurnya, ada beberapa ladang warga juga lagi musim sayur.

Setelah dijelaskan ibu, ternyata penanaman sayur mayur ini adalah program dinas pertanian dan perkebunan Kabupaten Barito Utara.
Program ini berawal dari penanaman buah cokelat pasca panen padi, pohon cokelat muda butuh perawatan intens, terutama pembersihan dari gulma-gulma. Setelah bersih, banyak tanah lapang di sela-sela pohon cokelat muda. Untuk memanfaatkan tanah lapang inilah Disbun memberikan benih sayur-mayur kepada warga yang menanam cokelat.

Program ini sangat berhasil, berkarung-karung sayur sudah terjual (punya warga yang lain) punya kami baru sedikit yang dijual, banyak dikonsumsi sendiri dan diberikan kepada tetangga-tetangga di kampong. Menjualnya pun jauh, ke desa-desa yang lain dalam lingkup kecamatan Gunung Purei. Ada yang ke desa Linon Besi, Payang, Baok, Tambaba, sedangkan di desa sendiri (Muara Mea) paling yang laku seikat atau dua ikat, karena banyak warga yang juga punya kebun sendiri, sehingga kurang laku.

Untuk harga sangat murah meriah, isi satu ikatnya pun banyak. Mentimun dengan diameter 5 cm, satu ikat berisi 3 mentimun dijual dengan harga lima ribu rupiah. Kacang panjang seikat dua ribu, ada yang membuat 10-12 buah per ikatnya.

Disarankan oleh orang Disbun untuk menimbang hasil panen sayur mayur, punya kami ada yang ditimbang ada juga yang tidak. Maklum belum menjadi penjual sayur yang profesional, sehingga sembarang aja, malas menimbang, dihitung per ikat.

Kerjaan kemaren membantu mencangkul buat menanam benih terung dan semangka merah. Di ladang sendiri, mau makan sayur langsung metik dari kebun. Betapa nikmatnya menjadi petani heheee

Palangka Raya, 20 Juli 2015