Cari Blog Ini

Rabu, 10 Juni 2015

Bersabarlah, sayang...

Lebih dari setahun ini aku mengenal seorang pria. Pria yang menempati posisi spessial di hatiku saat ini. Namanya I Made Sawitra Yadnya. Aku mengenalnya secara lebih intens setelah kegiatan keagamaan pada tahun 2013 lalu. Sejak saat itu kami berdua memutuskan untuk menjalin tali kasih diantara kami. Aku mencintainya juga menyayanginya. Kadang sikap cueknya membuatku begitu merasa tertekan. Aku tidak sanggup jika harus dicuekin, karena suatu alasan aku mencintainya. 

Beberapa bulan terakhir di tahun 2015 ini dia sering menanyakan perihal hubungan kami untuk dibawa ke jenjang yang lebih serius. Aku maklum dengannya, mungkin karena dia sudah lulus kuliah. Tapi di sisi lain, aku masih kuliah. Sehingga kutolak dengan halus keinginan mulianya tersebut. Lagi-lagi aku mencintainya, tapi bukan berarti aku siap untuk menikah diusiaku sekarang yang telah berumur 21 tahun ini. Aku masih perlu memikirkan dan mempersiapkan diri secara maksimal (versiku) untuk menikah kelak. Aku tidak ingin terkesan terburu-buru, tanpa persiapan. Baik dari segi mental, fisik, dan pekerjaan. 

Sampai pada suatu ketika, aku mengatakan bahwa aku ingin menikah pada umur 23 tahun padanya. Ini bukanlah jawaban atas desakan pertanyaan “kapan kita menikah?” ini adalah murni keputusanku jauh sebelumku mengenal dia. Namun hal ini tidak pernah kusampaikan kepada pria yang mengenalku sebelumnya. Hanya kepada dia hal ini kusampaikan, sebuah harapan kecilku dulu ketika SMA, sebuah perencanaan alur hidupku bahwa aku punya sebuah keinginan akan menikah di usia 23 tahun. Maka dari itulah sekarang aku ingin mempersiapkan sebaik mungkin apa yang bisa kulakukan untuk menghadapi bahtera rumah tangga kelak dengannya. Aku mencintainya, dan aku ingin menikah dengannya pada usia ke-23 tahunku nanti. Semoga rencana, dan kehidupanku nanti selalu diberkati. Sahey

Palangka Raya, 10 Juni 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar