Cari Blog Ini

Jumat, 31 Januari 2014

Mengalah



Teringat peristiwa ketika dulu masih tinggal bersama-sama dengan tanteku, Esra. Sebuah pertengakaran kecil terjadi, namun ujung-ujungnya membuat kami berdua sama-sama tertawa. Begini ceritanya ;

Hari minggu adalah hari yang wajib bagi kami berdua, aku dan tanteku Esra untuk bersih-bersih kos. Ketika aku sedang menyikat lantai dapur, dia memintaku untuk membuang setumpuk sampah yang kami tabung selama hampir sepekan (banyak banget boo..#akibat malas). Aku menolak melakukannya saat itu, kubilang nanti saja tunggu semua pekerjaanku beres dan tunggu moodku bagus untuk berurusan dengan sampah-sampah tersebut. Namun penundaanku tersebut membuat tanteku berang. Dia malah mengungkit-ungkit bahwa dialah yang paling sering membuang sampah akhir-akhir ini. Omong kosong pikirku, setahuku akulah yang paling sering berkutat di dapur, dan membuang semua sampah. Pertengakaran tak bisa dihindari, dia malah semakin menjadi-jadi. Katanya “akan kubawa plastik sampah ini ke depan kos.” Aku mencegahnya, kubilang “nanti anjing-anjing disini akan membuka plastik sampah itu dan pasti akan menyeret-nyeret sampah tersebut kesana-kemari.” Namun tanteku tidak menggubrisnya. Dan apa yang kukhawatirkan benar adanya. Sampah-sampah tersebut diseret-seret oleh anjing. 

Sejenak aku berpikir sambil menghela napas, menahan marah. “Aku harus bersabar dan mengalah. Semoga semuanya menjadi baik kembali.” Dengan sedikit menahan dongkol kupungut kembali sampah-sampah yang sudah kesana-kemari tersebut, membungkusnya lalu kemudian menaruh di tempat yang aman agar tidak diganggu oleh anjing lagi. Aku pun kembali ke dapur melanjutkan pekerjaan cuci-mencuci. Setelah semua selesai, aku ke depan bermaksud membuang sampah yang kupungut tadi. Eh ternyata sudah nggak ada di tempat, tanda-tanda anjing juga tidak ada, kemana sampah-sampah itu pikirku. Kulihat tanteku baru saja keluar dari samping rumah ibu kos. Akupun bertanya “Kemana sampah-sampah disini tadi? Apa tante melihatnya?” “Aku sudah membuangnya.” Kata tanteku ogah. “Kemana?” “Tuh di samping rumah ibu kos.” “Yaelah..disitukan bukan untuk membuang sampah.” Kataku. “Biar ja, yang penting udah kubuang.” Timpalnya dengan senyum dan tertawa. Akupun ikut tertawa. Rasanya pertengakaran kecil tadi hilang. Jika saja aku tidak berpikir untuk bersabar dan mengalah, mungkin akan lain ceritanya heheee sekian..

Tante.. aku kangen padamu.

Palangkaraya, 31 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar